Rabu, 20 September 2017

Pengajian 1 Muharram 1439 H

Rabu, 20 September 2017 mulai  pukul 20.00 s.d. 22.00 WIB di halaman Mesjid Al Jihad Perumahan Argopeni Kutoarjo berlangsung kegiatan menyambut Tahun Baru 1 Muharam 1439 H yang diselenggarakan melalui Pengurus Masjid Al Jihad (Bpk. Anung Sutadi, S.Sos selaku Ketua Takmir) dengan diawali pengajian dan esok paginya pelaksanaan sunatan massal.
Kegiatan ini merupakan tahun ke-7 yang semua biayanya dicukupi secara tetap oleh penyandang dana tunggal Bp. Drs. H. Sugito dan keluarga.
Acara dibuka dan dilanjutkan pembacaan ayat suci Alquran oleh Mbak Yuni.
Berikutnya sambutan Ketua Takmir dan Kepala Kelurahan mewakili Camat Kutoarjo yang intinya menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga Bp H. Sugito dan mendoakan semoga semua amal kebaikannya mendapat pahala serta keberkahan yang diridhai Allah SWT.
Pengajian oleh Mubaligh Wuntad Wawan Sembodo, S.Ag. dari Yogyakarta, menyampaikan :
  1. وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

    Walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiili allaahi amwaatun bal ahyaaun walaakin laa tasy’uruuna  
Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Surat Al-Baqarah [2:154].


Tahun baru merupakan awal berhijrah dari pola hidup dan pikiran jahiliyah menjadi muslim yang seutuhnya (kaffah) dengan mengikuti/menjalankan amal yang dicontohkan/teladan Nabi Muhammad SAW.

2. Dalam berhijrah tersebut, kepala keluarga selaku imam tidak cukup hanya menyuruh/memberi perintah saja kepada anggota keluarga (istri dan anak), tetapi sebaiknya dengan mengajak dan memberi contoh/teladan yang baik dan benar

3. Kehidupan manusia sejak dari alam ruh sampai meninggal dalam Filosofi Jawa merupakan karya Wali Sanga yang berdakwah dan mengenalkan Islam melalui budaya, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Derajat serta Sunan Kudus adalah kreator  tembang-tembang macapat, yaitu :
  • Maskumambang (Janin) merupakan gambaran manusia ketika di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim/gua garba ibu
  • Mijil (Terlahir) merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia
  • Sinom (Muda) isih enom adalah lukisan dari masa muda, masa yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan
  • Kinanti (Dipandu) merupakan masa pembentukan jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud
  • Asmarandana (Api Asmara) yang menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati
  • Gambuh (Sepaham/Cocok), awal katanya jumbuh, artinya bersatu dalam komitmen untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga/pernikahan
  • Dhandanggula (Manisnya Kehidupan) merupakan gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang)
  • Durma (Mundurnya Tatakrama) sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, maka harus sering berderma, durma berasal dari kata darma/sedekah untuk berbagi kepada sesama
  • Pangkur (Menarik Diri), artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa dan memerlukan upaya (riyadhah) yang sungguh-sungguh
  • Megatruh (Sakaratal Maut) atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad, terlepasnya ruh atau nyawa menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah di Surga, atau sengsara di Neraka)
  • Pucung (Kematian/dipocong) yaitu gambaran ketika yang tertinggal hanya jasad saja, dibungkus dalam balutan kain kafan/mori putih, diusung dan  dipanggul seperti raja, untuk prosesi penguburan jasad menuju liang lahat sebagai rumah tempat tinggal  terakhir di dunia.
Pengajian diakhiri dengan doa penutup.

Lihat foto selanjutnya di sini

Tidak ada komentar:

Arsip Komentar